Depan Graha Mangkurasa Menjadi Nama Kantor Pemerintah Desa Bandorasawetan

Graha Mangkurasa Menjadi Nama Kantor Pemerintah Desa Bandorasawetan

Pangeran Mangkurasa:

Nama Yang Menjadi Inspirasi Penamaan Kantor Pemerintah Desa Bandorasawetan Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan

Bagi William Shakespeare, nama itu bukanlah suatu hal yang penting. Menurutnya, bunga mawar akan tetap harum walaupun tanaman itu diberi nama yang lain. Pun dengan semua hal di dunia, akan tetap berproses sebagaimana kodrat dan takdirnya, tanpa peduli bagaimanapun nama yang dimilikinya. Oleh karena pandangan ini, Shakespeare pernah berujar, “Apalah arti dari sebuah nama.”

Berbeda dengan pandangan Shakespeare yang orang Barat, kita yang orang muslim mempercayai bahwa nama adalah suatu hal penting yang tidak disematkan secara sembarangan. Bagi orang Islam, nama memuat doa, jati diri, sekaligus identitas yang merepresentasikan kesadaran teologis dan humanis, yang akan membawa harapan kebaikan di dunia dan akhirat.

Pun dengan nama “Graha Mangkurasa” yang kami sematkan kepada Balai Desa Bandorasawetan, tentunya nama itu memiliki makna filosofis dan jejak historis yang dalam. Bukan sekadar nama, namun sematan atribusi yang sangat berharga. Keistimewaan nama Mangkurasa, tidak hanya demi kebaikan masyarakat, namun juga memuat memori panjang perjalanan tanah kita, bhumi Bandorasa.

Secara filosofis, nama Mangkurasa berasal dari kata “mangku” dan ”rasa”. Dalam hal ini, mangku berarti penjaga, pemangku, pengayom, atau pemilik. Sama dengan kata dasar dalam gelar Jawa, Hamengkubuwono dan Amangkurat. Sedangkan rasa, merupakan sesuatu yang dirasakan, baik dengan panca Indera atau hati, mulai dari yang bersifat dzohir ataupun tidak kasat mata.

Di Yogyakarta, arti dari gelar Hamengkubuwono adalah pemilik atau penopang dunia (bhuwana), mengingat Zoetmulder dalam Kamus Jawa Kuna (2011) menjelaskan bahwa istilah "Bhuwana", artinya dunia atau bumi. Konsepsi itu tidak jauh berbeda dengan gelar Amangkurat yang mengartikannya sebagai pemangku (Amangku) pusat jagat raya (rat, dalam bahasa Jawa tradisional).

Dengan demikian, secara filosofis istilah “Mangkurasa” merujuk pada kondisi sebagai pemangku atau pemilik rasa. Apabila ditilik lebih jauh dalam konteks kata kerja, maka hal itu akan dapat dimaknai sebagai upaya untuk mengolah rasa. Bagaimanapun, rasa adalah sesuatu yang muncul akibat daya tangkap lahir dan batin merespon stimulus yang nyata di sekitarnya.

Dunia dengan segala keadaan fana dan kekuatan kosmik yang menyertainya, merupakan tempat yang riskan dan mengkhawatirkan. Oleh sebab itu, dibutuhkan manusia yang “perasa” sebagai pengelola atau pengolahnya. Bertolak dari penjelasan tersebut, maka nama “Mangkurasa” menegaskan simbol filosofis sebagai penjaga wilayah dengan rasa, karena tajam nalar dan nalurinya.

Sehubungan dengan hal ini, Pangeran Mangkurasa dikenal sebagai orang yang sesuai dengan gambaran nama yang dimilikinya. Tokoh itu merupakan pribadi yang senantiasa rumangsa, atau selalu bersikap menyadari kekurangan dan kesalahan diri (intropeksi) yang dimilikinya. Selain itu, ia juga berkepribadian bawa rasa, karena selalu mempertimbangkan masalah dengan mendalam dan matang.

Secara kesejarahan, maka penilaian filosofis itu akan berkesesuaian dengan kisah turun temurun yang kita dapatkan tentang sosok Pangeran Mangkurasa. Dari kisah yang diterima dari para pendahulu pun disebutkan bahwa ada 3 tokoh leluhur yang berada disekitaran balai desa yakni : Pangeran Madurasa, Pangeran Umpagrasa dan Pangeran Mangkurasa serta leluhur lainnya yang berada di sekitaran desa Bandorasawetan.  Tokoh ini tidak hanya sekadar datang dan tinggal di Bandorasa, namun turut menetap dan berkarya demi kelestarian alam serta penduduk yang tinggal di sana. Berkat kiprahnya, desa dan penduduk dapat berkembang hingga sampai sekarang.

Menurut tradisi tulisan berupa Arab Pegon yang didapatkan, kita mengenal pula sosok yang bernama Pangeran Mangkurasa sebagai salah satu leluhur desa. Namanya tertera secara jelas sebagai salah satu tokoh yang menapakkan dengan pasti dalam perjalanan panjang historis desa ini. Tercatatnya nama itu menegaskan bahwa dirinya adalah sosok yang penting dalam masa silam kita.

Dengan uraian panjang tersebut, kami Pemerintah Desa Bandorasawetan memiliki inisiatif dan berharap keberkahan dari salahsatu leluhur desa yakni Pangeran Mangkurasa  untuk mengambil nama tersebut dan disematkan sebagai nama Gedung Kantor Pemerintah Bandorasawetan yakni GRAHA MANGKURASA. Harapannya, seluruh Perangkat desa yang ada di dalamnya, bisa berperan dan berkarya dengan rasa sebagaimana Pangeran Mangkurasa yang bisa mengayomi dan melindungi seluruh warga yang berada dalam kewenangannya.

Wallahuálam.

Bandorasawetan, 17 Agustus 2024

Sekretaris Desa Bandorasawetan

 

Usdi,S.Pd.